PERINGATAN:
- Artikel ini mengandung banyak pembahasan dewasa dan tidak memiliki maksud terselubung seperti melecehkan atau menghina, bahkan menjatuhkan martabat orang lain. Artikel ini tak lebih dari sekedar guratan iseng dari sang penulis artikel.
- Artikel ini ditujukan pada Wota dan orang awam terhadap JKT48 yang berumur di atas 18 tahun. Disarankan untuk yang berusia di bawah umur tersebut tidak lanjut membaca artikel ini lebih jauh.
Introduction dulu, ya.
Kenapa bisa ada artikel seperti ini? Beberapa alasannya
karena; pertama, belum ada artikel semacam ini di blog dan website kepunyaan
wota lainnya (manapun). Kedua, karna dari telingaku, sering banget dengar orang
asal ngomong tentang JKT48 tanpa benar-benar tahu seperti apa JKT48 sebenarnya.
Kerap kali aku dengar komentar pedas tanpa landasan dari orang-orang di sekitar,
dan yang paling pengin aku sangkal itu saat mereka ngomongin lagu JKT48.
Terakhir, aku sempat debat dengan kakak laki-lakiku sendiri, dia membingungkan
kenapa aku suka lagu JKT48, dia bilang tema lagu JKT48 terlalu monoton dan cuma
ngebahas perasaan cinta yang nggak tersampaikan. Lalu, satu tahun yang lalu
mungkin, ada yang bilang (dia temannya temanku) “Apaan, lagu JKT48 itu lagu
anak kecil.” What the!? Mau kusangkal, tapi aku nggak cukup punya banyak
keberanian karena aku sendiri nggak mengenal orang itu. Rasanya aneh juga kalau
ada pendapat yang bilang lagu JKT48 kayak gitu. Lalu alasan ke tiga kenapa aku
bikin artikel kayak gini karena, aku udah lama nggak update blog. Tau deh, aku
nggak suka ngebahas topik-topik umum tentang JKT48. Itu terlalu monoton.
Setelah dari sini, mungkin bahasaku bakalan berubah
menjadi lebih formal, bahkan kaku. Mari, lanjut!
Kita mulai dari lagu yang biasa-biasa dulu dan unsur sensual,
kefulgaran dan sisi kedewasaannya nggk begitu terasa. Eits, tapi sebelum
dilanjutkan lebih jauh, jangan berpikir berikut yang
kutulis adalah fakta mutlak, ini hanyalah hasil buah pemikiranku sendiri, dan
mungkin nggak sepenuhnya menjadi analisis yang benar.
Oke, let’s reading!
Virgin Love
Virgin Love, jangan salah
sangka, tak seperti judulnya yang fulgar dengan kata “virgin”, sebenarnya lagu
ini tak begitu menunjukkan sisi sensualitas. Lagu Virgin Love yang dibawakan
oleh team KIII ini hanya bercerita tentang seorang gadis remaja yang beranjak
dewasa. Selama masa remajanya, dia hanya bisa bersikap sok dewasa tanpa
memiliki pengalaman apapun, termasuk pengalaman dalam percintaan penuh
kedewasaan. Bagian ini tersirat dari lirik yang ada di reff pertama; “Gadis
yang menjadi dewasa. Berbicara, berbicara dan pamer saja. Tapi tak ada
pengalamannya. Dan hidup sok berlagak dewasa.”
Si gadis ini adalah seorang
yang populer di sekolahnya. Tak terhitung berapa banyak laki-laki yang
menyatakan cinta tapi dia menolak karena dia meragukan perasaan tak jelas dari
para lelaki itu.
Suatu hal yang pasti, dia
sedang menunggu seorang laki-laki muncul yang mampu memikat hatinya. Jika
memang ada laki-laki seperti itu, dia rela memberikan sesuatu yang penting
baginya sebagai seorang gadis, yaitu, kesucian atau bahasa kerennnya, virgin.
Kebetulan, dia merasa bahwa dia sudah cukup dewasa untuk melakukan hubungan
seintim itu. Fakta tersebut jelas diungkapkan dengan lirik “Seseorang cepatlah karebut”
yang dilantunkan sebanyak tiga kali dan diakhiri dengan sepenggal lirik “Kau
datang, datang, datang, virgin love.”
Lalu, bagaimana dengan
pembuktian bahwa dia merasa bahwa dia merasa sudah cukup umur untuk melakukan
hal yang cukup intim dengan seorang lelaki? Pembuktiannya ada pada lirik verse kedua
setelah reff pertama berakhir; “buah yang terlalu matang teramat banyak.
Anak dibawah umur dikejar privacy,” sebuah pengakuan bahwa orang dewasa itu sudah umum dan banyak, tapi
remaja yang baru dewasa dan siap melakukan hal intim sepertinya sangatlah
jarang.
Terakhir, pembuktian bahwa dia
menunggu seorang laki-laki yang dicintai dan bisa dipercaya, lalu memberikan
semua kesuciannya adalah dari lirik-lirik berikut;
“Kalau hanya cium, ditertawakan.
Menyamakan omongan dengan sekitar,” Mungkin, selama ini dia selalu
berpura-pura sok dewasa pada teman-temannya dengan dalih sudah melakukan
hubungan dengan laki-laki lebih dari sekedar berciuman saja. “...
tapi tak sabar menunggu pertemuan khusus. Kalau hanya menjaga percuma” tapi
sebenarnya dia belum pernah dan ingin melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar
berciuman dengan seorang lelaki. Baginya, percuma saja untuk menjaga
ke-virgin-an, tak ada keuntungannya. Dar ipada menjaga, lebih baik
memberikannya pada seseorang dan mendapatkan sisi kedewasaan yang sebenarnya,
bukan sekedar kedewasaan penuh kebohongan yang selama ini dia umbar pada
teman-temannya (menurut si gadis, tingkat kedewasaan itu di ukur dari pernah
atau tidaknya melakukan hubungan intim tersebut).
“Karena
serius, boleh saja, kan? .... Itu sudah pasti hal yang teramat penting. Karena
mencintai kuberi pun tak apa. Telah kuputuskan saat kita bertemu, pasangan
pertama itu indah.” Semakin jelas bukan? Dia sangat tidak sabar untuk
menanti laki-laki itu dan melakukan sebuah hubungan. Kesucian yang amat penting
pun akan dia berikan, karena baginya hubungan bercinta pertama bersama
pasangannya nanti akan menjadi pengalaman yang sangat indah.
Kinjirareta Futari
(Dua Orang Yang Terlarang)
Tak
seperti lagu-lagu lainnya yang dibahas pada artikel ini, Kinjirareta Futari tak
menunjukkan unsur sensual yang jelas. Kinjirareta Futari ini adalah lagu yang
menceritakan tentang sepasang kekasih yang sedang berada di ambang perpisahan.
Seperti judulnya, dua orang terlarang ini adalah kisah cinta terlarang, dimana
keduanya berjenis kelamin perempuan.
Kinjirareta
Futari ini menggambarkan suatu keputusasaan di mana mereka berdua bertemu di
suatu tempat untuk terakhir kalinya. Di tempat sepi di mana hanya ada mereka
berdua, tidak ada orang-orang yang selama ini menentang hubungan mereka.
“Pepohonan,
embun pagi, bagaikan desahan seseorang. Danau yang tidak ada di peta, airnya
tenang bagaikan tertidur.” Penggalan lirik pertama ini menceritakan
tentang keberadaan mereka di suatu danau, tempat di mana sebelumnya mereka
sering menghabiskan waktu berduaan. “Kehialangan kata-kata, kesedihan yang
terlalu sepi. Diujung akhir kenangan ini tempat yang dahulu ingin kudatangi.” Di
tempat ini, mereka mengenang masa saat mereka masih bisa bersama, dan di saat
terakhir sebelum berpisah seperti ini, hanya rasa sedih dan takut akan kesepian
yang dirasakan.
“Sampai
mana pun, dirimu kucinati. Sampai kapan pun, dirimu dicintai. Saling
mempercayai keabadian. Dosanya, pertemuan kita.” Mereka sangat sadar,
apa yang telah mereka jalin selama ini bukanlah hal yang benar. Mereka harus
berpisah. Tapi, tak peduli di mana pun dan sampai kapan pun, mereka akan tetap
saling mencinta.
“Janganlah kamu salahakan diri
sendiri, janganlah kamu menangis sendirian. Saling memahami kebahagiaan, ciuman
ikatan yang erat.” Salah satu di antara mereka yang saat itu sangat
tegar sedang menenangkan kekasihnya sambil seolah berkata “tak perlu
menyalahkan diri sendiri. Menangis saja, tapi tak perlu sendirian, karena aku
akan ikut bersamamu menanggung semua kesedihan ini. Tak perlu mengkhawatirkan
perpisahan yang terjadi, karena ciuman yang dulu pernah kita lakukan, itu sudah
cukup untuk mengikat kita, kan?”
“Jikalau dahulu aku tidak
terlahir seperti ini, tak akan pernah terpisah. Jikalau dahulu aku tidak
terlahir seperti ini, kita berdua ‘kan terikat.” Ada penyesalan yang
tergurat di hati si kekasih yang sedang berusaha tegar itu. Seolah menyalahkan
takdir, dia tak ingin terlahir seperti ini, dia tak ingin terlahir sebagai
perempuan agar mereka bisa tetap saling mencinta tanpa seorang pun yang
melarang.
“Ayo naik kapal ke danau. Kalau
kau lelah mendayung, tidurlah dalam dekapanku. Karena di dalam mimpi, kita akan
terus mencinta.” Lagi, dia mencoba menghibur kekasihnya dengan mengajak
untuk naik ke kapal (mungkin maksudnya sampan atau kapal kecil) di danau.
Kalimat ini seperti sebuah ungkapan yang seolah mengatakan, jika tak bisa di
dunia nyata sekalipun, mereka masih tetap bisa bertemu dan saling bercinta di
dunia mimpi.
Lirik Kinjirareta
Lirik Kinjirareta
Kurumi to Dialogue (Dialog dengan Kenari)
Kurumi to Dialogue atau yang
berarti “Dialog Dengan Kenari” ini ada sebuah couple song dari single Papan
Penanda Isi Hati. Pada dasarnya, aku sempat berpikir berulang kali apakah untuk
mencantumkan lagu ini atau tidak. Menurutku lirik lagunya terlalu samar dengan
banyaknya penggunaan kalimat ungkapan. Contohnya, kenari. Kenapa harus buah
kenari? Kenapa harus berdialog (berbincang) dengan buah kenari? Baiklah,
lupakan itu!
Setelah mengkaji lirik ini
beberapa kali, aku meyakini lagu ini berbicara tentang (lagi-lagi) kesucian
seorang perempuan. Menurutku, kurang tepat jika arti dari judul lagu ini adalah
“Dialog Dengan Kenari” tapi lebih tepatnya “Dialog Tentang Kenari”. Karena apa?
Karena si perempuan tidak sedang berbicara dengan buah kenari, tapi berbicara
dengan seorang laki-laki membahas tentang kenari, dan sebenarnya bukan kenari
yang dibahas, kenari hanyalah sebuah kata ganti untuk sesuatu yang lain.
Lirik lagu Kurumi to Dialog ini
berisikan kalimat percakapan seorang gadis pada seorang laki-laki yang mungkin
adalah kekasihnya. Dia dan kekasihnya sama-sama belum pernah melakukan hubungan
intim. Mereka sangat penasaran tentang kegiatan apa itu, dan seperti apa
rasanya.
“Apa yang kau mau bila memecahkan
cangkang kulit kenari?” Si perempuan bertanya pada sang kekasih tentang
keinginan mereka untuk melakukan hubungan intim yang pertama kalinya. “Ada
apakah di dalam itu? Bila membuka hati pasti yang terjadi selanjutnya kau pun
tahu,” bahwasannya mereka sama-sama tak mengerti apapun. Mereka pikir,
mereka harus melakukannya jika ingin tahu.
“Bila membuka kenari akan
terdengar, sebuah suara yang telah tersimpan. Jika tahu kebenaran tak akan
pernah bisa kembali seperti dulu.” Jika mereka sampai melakukan dan
melepaskan kesucian sang perempuan, mereka akan mengetahui apa yang selama ini
ingin mereka mengerti. Jika mereka melakukan semua itu, tak mungkin suara
desahan bisa ditahan. Jika mereka sudah benar-benar melakukan dan mengetahui
rasanya, sebuah kesucian tak akan bisa kembali lagi. Itulah yang si perempuan
pikirkan.
“Didekap dalam genggamanmu. Lalu
perlahan kudipermainkan. Bagaikan cinta yang bergetar. Aku tidak bisa diam saja.”
Tak begitu jelas tersirat, tapi sepertinya lirik ini menceritakan saat
mereka melakukan hubungan intim tersebut. “Tanpa peduli lagi. Jikalau dipaksakan aku
pun tidak bisa menahannya. Yes...” Ada apa dengan kata “yes”? Aku
sendiri tak begitu yakin, tapi biasanya kata “yes” dan “no” adalah dua kata
yang sering terdengar pada adegan film dewasa.
Kalau ditinjau dari lirik pada
reff kedua, berarti adegan yang diceritakan pada paragraf di atas hanya sebatas
fantasi si perempuan, dan mereka belum benar-benar melakukan hubungan intim
tersebut. Berikut lirik pada reff ke dua; “Apa yang kau mau? Kurahasiakan dari
mama-papaku. Karena katanya itu tak boleh” jelas saja, jika mereka
sampai melakukannya, tak mungkin si perempuan akan membeberkan kejadian
tersebut pada orang tuanya. “Kalau itu hanya mimpi tak apa-apa,” sudah
menjadi hal umum, kalimat seperti itulah yang sering menjadi petuah dari orang
tua untuk anak gadisnya. “Apa boleh kuhancurkan?” si perempuan
masih meragukan, apa dia akan melakukannya atau tidak, lirik tersebut
menunjukkan bahwa adegan pada paragraf di atas masih berupa fantasi dan
angan-angannya bersama sang kekasih.
Lirik Kurumi to Dialogue
Lirik Kurumi to Dialogue
Seifuku ga Jama wo
Suru (Seragam Ini Sangat Menggangu)
Lagu Seifuku ga Jama wo Suru dari setlist demi seseorang ini bercerita
tentang sepasang kekasih yang masih berstatus anak sekolah. Mereka sering
melakukan dating atau kencan di sebuah mall sepulang sekolah tanpa pulang ke
rumah terlebih dahulu untuk mengganti pakaian.
Entah,
tak seperti biasanya, mereka berdua tak langsung pulang ke rumah setelah
berkencan. Pada saat itu hari sudah mulai gelap, dan mungkin si laki-laki
dengan mobilnya berhenti di suatu tempat yang tak begitu ramai.
Mereka
saling berciuman dan berpelukan, sementara orang-orang yang lewat bisa dengan
jelas melihat apa yang sedang mereka lakukan. Si perempuan tak begitu peduli,
dia hanya ingin menikmati waktunya dengan sang kekasih. Dan di saat seperti
itu, ada perasaan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang lebih.
“Orang-orang
lewat, meski tampak ingin melakukan sesuatu. Dilihat terus pun insting cinta
tak bisa dihentikan” si perempuan mungkin sudah tak bisa menahan
hasratnya, sehingga dia tak peduli dengan keadaan di sekitar. “Meski
memeluk pundak dan menaruh tangan dipinggang. Berdua, kita tidak melakukan
suatu hal yang buruk” itulah yang sedang mereka lakukan. Si perempuan
berpikir, masih terbilang hal wajar jika mereka hanya sekedar berpelukan atau
berciuman.
Pada
bagian bridge lagu sebelum reff kedua, mereka masih sekedar melakukan hal-hal
yang wajar. Tapi sesuatu yang lebih mulai terjadi, si laki-laki semakin
bersikap panas dan si perempuan menerima tanpa penolakan perlakuan kekasihnya
itu. Lalu, hal yang selanjutnya terjadi mungkin menjadi adegan yang lebih panas
dan menggairahkan. “Dirikiu ini telah memeluk perasaan untuk menerima. Dirimu semakin
meningkat dan terjadi begitu saja.
“Buka
dan buang seragam ini. Kuingin bermain lebih bebas lagi. Diapakan juga tak
mengapa, ingin tahu kesenangan dewasa.” Si perempuan mulai merasa risih
dengan seragam sekolah yang ia kenakan, baginya itu sangat mengganggu. Dia
ingin melepaskannya. Apapun yang akan dilakukan sang kekasih selanjutnya dia
tak akan menolak, karena dia sangat ingin merasakan kesenangan yang selama ini
ia bayangkan, sebuah kesenangan yang sering dilakukan oleh sepasang kekasih
dewasa.
Seifuku ga Jama wo Suru
Seifuku ga Jama wo Suru
Blue Rose
Blue Rose atau yang artinya
mawar biru adalah sebuah gambaran untuk sesuatu yang bersifat tidak mungkin.
Maksudnya? Lagu ini menceritakan tentang dua orang yang berstatus mantan
kekasih, mereka pernah saling mencintai dan melakukan hal-hal yang seharusnya
tidak mereka lakukan dalam menjalin hubungan berpacaran. Suatu ketika, si
laki-laki mengajak si perempuan untuk kembali menjadi sepasang kekasih, tapi si
perempuan menolak ajakan tersebut. Entah apa alasannya, lagu ini tak
menceritakannya dengan jelas. Beberapa alasannya adalah si perempuan menyadari
kesalahan yang telah perbuat mereka yang dahulu, dan ia tak ingin kembali
melakukan dosa tersebut. Itulah alasan kenapa lagu yang banyak berisikan
flashback ini berjudul Blue Rose.
“Memang
benar, dulu kumemang mencinta.... Lupakan saja, bunga mawar biru itu hanya ilusi
mimpi.... Lupakan saja, semua tentang diriku. Rasa cinta itu hanyalah rasa ragu
naluri sesaat” ini adalah jawaban si perempuan untuk permintaan sang
mantan kekasih. Penolakan itu juga diceritakan pada penggalan lirik lainnya, “itu
tak mungkin. Bagaikan mawar yang biru pada suatu malam. Keajaiban pun hanya
terjadi satu kali. Blue rose.”
“Bagaikan
remaja di kasur warna putih. Takut akan sesuatu dan berdoa, memohon cinta datang.”
Si perempuan mulai membayangkan masa lalunya. Baginya, apa yang mereka
lakukan dulu tidak berdasarkan cinta, melainkan hanya sebuah nafsu belaka, jika
saja saat itu si laki-laki benar-benar mencintainya, dia tak mungkin mengajak
si perempuan sampai melakukan hubungan intim seperti itu.
“Itu
tak mungkin, jawaban dari Tuhan, penyesalan sang cinta. Lupa adalah pintu
keluar rasa sayang.” Dalam penyesalannya, si perempuan berpikir
perpisahan mereka adalah takdir yang sudah Tuhan berikan sebagai jalan terbaik.
Jika memang sayang, lebih baik laki-laki itu melupakan masa lalu mereka dan
berhenti untuk memintanya untuk kembali menjadi seorang kekasih.
Innocence
Innocence,
yang berarti kemurnian, kepolosan, dan keluguan ini bercerita tentang gadis SMA
(mungkin) yang begitu mencintai kekasihnya. Sebagai seorang gadis SMA, dia
sangat ingin melakukan hal-hal sensual bersama kekasihnya. Baginya, melakukan
hal tersebut di umurnya yang masih menduduki bangku sekolah adalah hal menakjubkan.
Semua hasrat tersebut muncul dikarenakan dia sangat mencintai kekasihnya
tersebut. Dan lagu ini menceritakan tentang pertama kalinya dia meminta sesuatu
yang lebih dari sang kekasih.
“Sebelum
aku mengganti seragamku, sekali lagi saja bilang suka padaku” si gadis
meminta kekasihnya untuk mengatakan sesuatu yang sering kekasihnya ucapkan,
yaitu kata “suka.” Entah dengan alasan apa, si gadis merasakan sensasi yang
sangat hebat jika sang kekasih mengatakan itu saat ia masih mengenakan seragam
sekolah.
“Peluklah
aku, peluklah aku. Sambil mencium bibir ini perlahan. Seperti sedang mengupas
buah ara, belaian yang lembut dengan jari sihirmu.” Si gadis meminta
agar mereka segera memulainya. Memulai sebuah adegan percintaan yang diawali
dengan ciuman lembut dan belaian dengan jari, lalu perlahan melepaskan seragam
sekolah sang gadis.
“Pada malam hari itu semua bagai dalam mimpi. Buka pintu kedewasaan.
Kata kuncinya tak menyesal.” Si gadis berpikir tak akan menyesal jika
mereka melakukan adegan percintaan yang terlalu jauh, karena hal seperti inilah
yang sudah ia imingkan sejak lama, melakukan hubungan intim bersama kekasihnya.
“Hancurkan saja, hancurkan saja.
Tidak perlu tembok kesucian itu. Seperti suara kaca yang terpecah, benar-benar
kasar suara yang terucap.” Si gadis meminta agar kekasihnya tidak
ragu-ragu melakukannya. Ambil saja kesucian yang ia punya, si gadis tak
memerlukan sesuatu yang bernama kesucian, yang ia mau hanyalah ingin
mengeluarkan kata-kata kasar yang terucap bersama suara desahan.
“Berwarna merah Innocence. Di
saat gadis pun terjatuh, tutup erat kolopak mata cinta. Getaran di hati pun ‘kan
terhenti.” Seperti yang sudah dijelaskan di awal, innocence adalah
kesucian, lalu maksud dari “berwarna merah innocence” adalah, darah yang
mengalir saat kesucian si gadis dilepas. Lirik selanjutnya menjelaskan bahwa,
saat itu si gadis terbaring sambil menutup matanya, menikmati apa yang sedang
sang kekasih lakukan padanya, membuat keresahan yang selama ini ia tahan
terhapuskan.
“Berwarna merah Innocence. Di
saat gadis pun menagis, bukan air mata dari kesedihan, tapi air mata
kebahagiaan.” Saat semua itu terjadi, si gadis menangis. Dia merasa
bahagia bisa melakukannya dengan sang kekasih.
“Bagai tangisan pertama dari
diriku yang lainnya. Di dunia yang baru ini telah mengajarkan kekuatan dari
cinta. Teruslah seperti ini. Crazy for you!” Si gadis merasa telah
terlahir menjadi dirinya yang baru. Dengan melepas kesuciannya, ia merasa telah
tumbuh dewasa. Dia ingin bisa terus melakukan hal seperti ini, melakukannya
dengan penuh rasa cinta. Ia sangat menyadari, dia adalah orang aneh dengan
bertingkah diluar keadaan. Ia bertingkah gila karena kekasihnya, seorang kekasih
yang begitu ia cinati.
Lirik Innocence
Lirik Innocence
—ooo—
Huargh! Akhirnya selesai juga.
Waktu selesai ngetik ini, aku langsung kepikiran, jangan-jangan kalian baca ini
sambil berfantasi yang nggak-nggak, apa lagi sambil ngebayangin memeber.
Oops!
In the end, lagi-lagi aku cuma
mau kasi tau, ini Cuma buah pemikiranku ya, jangan dengan mudahnya menganggap
ini semua benar. Karena apa? Karena aku sama sekali nggak kenal dengan Yasushi
Akimoto si penulis lirik lagu ini.
Oo,
guys! Domo arigatou, terima kasih udah berkunjung, apa lagi baca sampai
selesai. Kalau suka, mohon komentarnya ya. Hehe...
Sebenarnya makin lama makin malas update blog karena aku
ngerasa jarang ada yang baca. Jadi kalau kalian suka dan berharap aku bakal
update artikel yang lain, mohon komentarnya sebagai sebuah dukuang.
Oke,
right. Ini aja. Sayornara...